Mitalah maka akan diberi, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu
tidak mungkin pelit jika ada kelebihan pasti akan diberikan kepadamu.
Jangan mengambil dari kekurangan.
Sabtu diJogja, gamping
terlihat sepi, tak ada yang di curigai akan mengalami dugaan
terinspirasi. Di kamarku dihiasi foto-foto barenggan di makama
konsitusi, lampu sorot belajarku menyalah menerangi ruanganku, buku-buku
berhampuran, pakayanku berserakah seperti kapal pecah, pintu kamarku
terbuka, minuman dan rokok kesukaanku menungu aku di atas meja belajar
mendampingi laptop, sepatu baruku yang selalu menemani aku ke kampus
tersenyum di samping motor tuaku tanpa sepata kata karena benda mati.
Aku pun terdiam melihat semuanya itu sebagai teman dalam sandiwara
hidup. Aku sedikit melangkah kaki melihat tulisan bodohku yang tertempel
di dinding ruanganku dengan motto “Hidup adalah Perjuangan Mencari
Aku”. Sambil aku menikmati motto itu yang dijadikan puisi sedang aku
baca di sudut ruangan itu!, tiba-tiba HPku berdring. Aku pun
meninggalkan membaca puisi untuk menjawab panggilan. Aku pun melangkakan
kaki mencari HPku berdering ingin mengetahui siapa sebenarnya yang
menelepon Aku jam begini. Penyesalan membarengi keingintahun terganjar
dan terinspirasi di benak aku , ternyata hp yang tadi bordering tidak
dapat karena kamarku berserahkan. Dalam berserahkan itu terselib dalam
buku-buku yang aku hampur dalam ruangan tidak telihat lagi sial Hp bodok
dalam hati.
Aku kembali membaca Puisiku demi memaknainya
tetapi hp bordering kembali, aku berusaha meninggalkan membaca dan
mencari hp untuk merespon panggilan kembali. Ternyata hpku dapat di
dalam noken angrek yang aku gantung di sudut ruangan. Aku pun mengambil
secepat mungkin jangan sampai terlewat kebetulan pulsaku juga habis
untuk telepon balik dan ternyata nomor hp yang baru. Pirasatku muncul,
ini berkat atau bukan. Aku pun penset hpku tanda bahwa aku sedang
menerima tlp dengan berkata: iya saya ada, selamat siang dengan siapa?
Sahutnya selamat siang pak ini dengan dosen mata kulia pengantar
politik. Aku pun gugup karena aku tidak kulia tadi pagi, benakku
menyeret untuk mematikannya tetapi aku pun menjawabnya bagimana pak.
Begini pak kris besok masuk kulia bahwa dengan No rekning dengan
persyaratan beasiswa. Oh terima kasih pak saya akan membawanya besok
pagi. Dan aku mengakhiri telepon sebab kebetulan tadi saya tidak kulia.
Jarum jam panjang menunjuk ke arah pukul enam dan jarum jam pendek
menunjuk pukul tiga artinya sudah pukul 03.30 wib. Oh Tuhan sudah jam,
aku hanya di kamarku saja sejak pagi hingga jam demikian sekarang aku
harus kunjungi Gramedia dan Kansius. Aku memegang handuk yang aku
gantung di pingir jendela dan memegang gayung yang aku simpang di sudut
pintu keluar masuk ruanganku menuju kamar mandi untuk mandi. Aku
melangkah ke kamar mandi dalam hitungan dua menit samapi tiga menit.
Setelah mandi aku pun melangkah ke kamarku memakai pakayan seadanya.
Suyukur tidak suka menyeleksi pakayan sehingga pakayaku hanya empat
pasang saja jadi aku kenakan dalam waktu detik. Setelah memakainya aku
mengambil kunci motorku di tempat gantungan kunci di pintu dalam ruangan
dengan helem. Aku melangkah kaki keluar pintu tempat aku menangkalkan
sepatu dan memarkir motor dan langsung menyalakan motor tuaku sogun
dengan DS AB 4034 HZ Menuju tokoh buku gramedia dan kanisius.
Dalam perjalanan sambil mengendarai doaku yang biasa-biasa terus
rangkaikan Tuhan semoga selamat sampai tujuan. Sampil melintasi di jalan
raya aku melihat manusia-manusia berbaju besi, berdasi emas bertopi
baja menari-nari di atas diatas penderitan sesama. Aku pun merenung
sesambil meririk kiri dan kanan sambil mengendari motor tuaku. Hidup ini
menyedihkan dan menyenangkan sampai manusia tidak ada lagi melihat sisi
baikkah sehingga terjadi demikian dalam hati sepintas lalu dalam
perjalanan menuju tempat tujuanku
Di geramedia kota baru jogja,
aku masuk melihat manusia –manusia menyibukkan dirinya sendiri. Tidak
ada kata sahut menyahut namanya Tokoh Buku. Aku terseret beberapa buku
terutama buku yang berjudur the best Chinese leadership wisdoms, halaman
pertama aku dapat dan baca mencari keteladanan dari masa silam, dari
kisah-kisah kepemimpinan china klasik, serta aplikasinya dalam dunia
modern. Karena menari tanpa berpikir panjang aku membeli bersamannya
dengan sepuluh buku lainnya dengan judul yang berbeda-beda.
Aku
memegang dan melangkah kaki keluar pada pukul 05.00 wib menuju kansius
dengan berjarak 2 kilo meter. Dalam perjalanan aku tidak berpikir lagi
sesuatu yang akan terjadi di kontrakan aku terus melintasi jalan raya
menuju kansius.
Di kansius buku yang aku cari aku dapat dengan
berjudur filsafat ilmu,hermeneutika,pemikir politik barat, filsafat
kebudayan dan empat buku lainnya yang judurnya saya lupa yang penting
aku beli karena benakku meyeretku harus beli. Sykur bagimu Tuhan atas
benak yang menyeretku untuk membelinya. Akhirnya 19 buku aku membelinya
baik di gramedia maupun kansius.
Dalam perjalanan pulan aku aku
memuji kebesaran Tuhan yang melindungi aku hingga aku dengan selamat
berjalan bersama-Nya pulan . sambil pulan di dunia hiruk pikuk aku tiba
di kontrakan.
Aku pun memarkir motor di depan pintu masuk.
Seperti biasanya sepatu menjaga pintu kamarku tidak ada, aku menduga
bahwa tidak ada yang mengambil sehingga menghiraukannya. Aku membuka
pintu kamarku dan semua barang yang ada di kamarku sahut menyahut
menyambut kedatanganku walau mereka benda mati. Aku melihat laptopku
tersenyum di meja untuk memegannya
Aku meletakan buku yang baru
aku beli di rak buku dan aku hanya memilih untuk membaca filsafat
kebudayaan. Aku pun terlena pada bab satu tentang hakekat kebudayan
sehingga aku pun membaca halaman demi halaman sebab benakku menarilk.
Sambil membaca buku tetapi sepatuku yang baru saja beri itu terus
terinspirasi sehingga aku tinggalkan buku yang aku baca dan keluar
melihat dan mencari sepatu yang baru empat hari aku beli dengan seharga
250.000,00.
Sabtu diJogja, gamping terlihat sepi, tak ada yang
dicurigai akan mengalami dugaan. Pada akhirnya Tak ada dugaan itu muncul
dengan pertanyaan dimana sepatuku, akhirnya tidak jadi kulia sial
manusia pencuri. Manusia pencuri itu siapa yang tanpa meminta izin
pemilik (aku) mengambil ini yang menjadi dasar. Mengapa manusia tidak
melihat secara jernih Kebutuhan taman yang selalu mengantar aku ke
kampus? Ataukah manusia yang tidak melihatkah bahwa aku hanya sepatu
satu saja. Jika manusia pintar berlogika akan menganalisa secara jernih
melihat pemilik sepatu ini sepatunya berapa? Atau jika saya mengambil
sepatu itu bisa membuat pemilik sepatu ini bisa ke kampus atau tidak
bisa pakai sepatu.
Syukur bagimu Tuhan manusia mengambil karena
memujiku tetapi tidak meminta dan mengambilnya sehingga aku mengatakan
pencuri. Pencuri itu manusia yang tidak sadar bahwa ini bukan berada di
kampunku Intan Jaya tetapi mereka berada dalam kota kemerdekan Republik
Indonesia. Ketidak sadaran ini menyeret dan meyesatkan manusia lain
(aku) yang sepatunya satu saja.
Sesungunya kesadaran itu ada
manusia tidak mungkin mengambil milik orang yang tetapi hal itu terus
terjadi. Terjadi dengan peristiwa sepatu hilan, buku-buku dengan harga
ratusan juta hilang saja begitu? Aku jadi bingun dan bertanya harus
bagimanakan barang-barang akankan sementara aku membuka diriku untuk
masuk ruangan untuk senda gurau bersama. Dari senda gurauku manusia
bertangan panjang mengambilnya begitu saja tanpa meminta izin.
Sadarkan aku ya Tuhan dengan peristiwa demikian menjadi manusia yang
sunguh sadar akan kepemilikan orang lain yang jangan saya ambil sebagai
balasan terhadap perbuatan mereka terhadap aku. Berpikirlah sebelum
bertindak, Rene Descartes mengatakan cogiito ergo sum “karena aku
berpikir maka aku ada”. Perpikirlah selagi engkau bisa berpikir!; bahwa
prilaku yang saya lakukan ini bisa menyesatkan atau tidak jika bisa
menyesatkan tidak perlu dilakukan.
Semoga denga peristiwa dan
pengalaman ini hilanngnya sepatu dan beberapa buku dengan harganya
dengan ratusan sampai jutan rupih begitu saja hilang saja. Dengan
peristiwa demikian aku menjadi heran. Heran karena kebolehan mereka
tetapi aku yang baru saja berada di kota ini berusaha menjadikan
perpustakan mini namun buku-buku hilan begitu saja satu persatu. Hilan
itu juga tamuku yang mengambil tetapi dengan mengambil semoga kembalikan
kepada pemilik tetapi hal itu tidak munkin terjadi ’ dasar Manusia
pencuri.
jika terjadi pengakuan bahwa sepatu itu saya yang
bawa, dan mengaku mengaku kepada aku berarti saya janji dengan
sesunggunya!’ “ aku akan hormat yang mendalam atas pengakuanmu karena
aku hanya membutukan kejujuranmu dan kejujuran itu aku akan membelikan
sepatu yang modelnya sama kepadamu sebagai penghormatanku kepadamu atas
kejujuranmu.” (janji aku).
Kejujuran adalah awal batu loncatan itu yang aku mau dan percaya kepadamu.
Oleh: Krismas Bagau
penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa APMD/STPMD Yogyakarta.