Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2B8IAMJmX

Senin, 25 Maret 2013

DIMANA SEPATUKU, SIAL MANUSIA PENCURI. (MEMBANGGUNG KESADARAN) (Kaipaea abalo go, manajigipa higindemenege dea)


Mitalah maka akan diberi, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu tidak mungkin pelit jika ada kelebihan pasti akan diberikan kepadamu. Jangan mengambil dari kekurangan.

Sabtu diJogja, gamping terlihat sepi, tak ada yang di curigai akan mengalami dugaan terinspirasi. Di kamarku dihiasi foto-foto barenggan di makama konsitusi, lampu sorot belajarku menyalah menerangi ruanganku, buku-buku berhampuran, pakayanku berserakah seperti kapal pecah, pintu kamarku terbuka, minuman dan rokok kesukaanku menungu aku di atas meja belajar mendampingi laptop, sepatu baruku yang selalu menemani aku ke kampus tersenyum di samping motor tuaku tanpa sepata kata karena benda mati.

Aku pun terdiam melihat semuanya itu sebagai teman dalam sandiwara hidup. Aku sedikit melangkah kaki melihat tulisan bodohku yang tertempel di dinding ruanganku dengan motto “Hidup adalah Perjuangan Mencari Aku”. Sambil aku menikmati motto itu yang dijadikan puisi sedang aku baca di sudut ruangan itu!, tiba-tiba HPku berdring. Aku pun meninggalkan membaca puisi untuk menjawab panggilan. Aku pun melangkakan kaki mencari HPku berdering ingin mengetahui siapa sebenarnya yang menelepon Aku jam begini. Penyesalan membarengi keingintahun terganjar dan terinspirasi di benak aku , ternyata hp yang tadi bordering tidak dapat karena kamarku berserahkan. Dalam berserahkan itu terselib dalam buku-buku yang aku hampur dalam ruangan tidak telihat lagi sial Hp bodok dalam hati.

Aku kembali membaca Puisiku demi memaknainya tetapi hp bordering kembali, aku berusaha meninggalkan membaca dan mencari hp untuk merespon panggilan kembali. Ternyata hpku dapat di dalam noken angrek yang aku gantung di sudut ruangan. Aku pun mengambil secepat mungkin jangan sampai terlewat kebetulan pulsaku juga habis untuk telepon balik dan ternyata nomor hp yang baru. Pirasatku muncul, ini berkat atau bukan. Aku pun penset hpku tanda bahwa aku sedang menerima tlp dengan berkata: iya saya ada, selamat siang dengan siapa? Sahutnya selamat siang pak ini dengan dosen mata kulia pengantar politik. Aku pun gugup karena aku tidak kulia tadi pagi, benakku menyeret untuk mematikannya tetapi aku pun menjawabnya bagimana pak. Begini pak kris besok masuk kulia bahwa dengan No rekning dengan persyaratan beasiswa. Oh terima kasih pak saya akan membawanya besok pagi. Dan aku mengakhiri telepon sebab kebetulan tadi saya tidak kulia.

Jarum jam panjang menunjuk ke arah pukul enam dan jarum jam pendek menunjuk pukul tiga artinya sudah pukul 03.30 wib. Oh Tuhan sudah jam, aku hanya di kamarku saja sejak pagi hingga jam demikian sekarang aku harus kunjungi Gramedia dan Kansius. Aku memegang handuk yang aku gantung di pingir jendela dan memegang gayung yang aku simpang di sudut pintu keluar masuk ruanganku menuju kamar mandi untuk mandi. Aku melangkah ke kamar mandi dalam hitungan dua menit samapi tiga menit.

Setelah mandi aku pun melangkah ke kamarku memakai pakayan seadanya. Suyukur tidak suka menyeleksi pakayan sehingga pakayaku hanya empat pasang saja jadi aku kenakan dalam waktu detik. Setelah memakainya aku mengambil kunci motorku di tempat gantungan kunci di pintu dalam ruangan dengan helem. Aku melangkah kaki keluar pintu tempat aku menangkalkan sepatu dan memarkir motor dan langsung menyalakan motor tuaku sogun dengan DS AB 4034 HZ Menuju tokoh buku gramedia dan kanisius.

Dalam perjalanan sambil mengendarai doaku yang biasa-biasa terus rangkaikan Tuhan semoga selamat sampai tujuan. Sampil melintasi di jalan raya aku melihat manusia-manusia berbaju besi, berdasi emas bertopi baja menari-nari di atas diatas penderitan sesama. Aku pun merenung sesambil meririk kiri dan kanan sambil mengendari motor tuaku. Hidup ini menyedihkan dan menyenangkan sampai manusia tidak ada lagi melihat sisi baikkah sehingga terjadi demikian dalam hati sepintas lalu dalam perjalanan menuju tempat tujuanku

Di geramedia kota baru jogja, aku masuk melihat manusia –manusia menyibukkan dirinya sendiri. Tidak ada kata sahut menyahut namanya Tokoh Buku. Aku terseret beberapa buku terutama buku yang berjudur the best Chinese leadership wisdoms, halaman pertama aku dapat dan baca mencari keteladanan dari masa silam, dari kisah-kisah kepemimpinan china klasik, serta aplikasinya dalam dunia modern. Karena menari tanpa berpikir panjang aku membeli bersamannya dengan sepuluh buku lainnya dengan judul yang berbeda-beda.

Aku memegang dan melangkah kaki keluar pada pukul 05.00 wib menuju kansius dengan berjarak 2 kilo meter. Dalam perjalanan aku tidak berpikir lagi sesuatu yang akan terjadi di kontrakan aku terus melintasi jalan raya menuju kansius.
Di kansius buku yang aku cari aku dapat dengan berjudur filsafat ilmu,hermeneutika,pemikir politik barat, filsafat kebudayan dan empat buku lainnya yang judurnya saya lupa yang penting aku beli karena benakku meyeretku harus beli. Sykur bagimu Tuhan atas benak yang menyeretku untuk membelinya. Akhirnya 19 buku aku membelinya baik di gramedia maupun kansius.

Dalam perjalanan pulan aku aku memuji kebesaran Tuhan yang melindungi aku hingga aku dengan selamat berjalan bersama-Nya pulan . sambil pulan di dunia hiruk pikuk aku tiba di kontrakan.

Aku pun memarkir motor di depan pintu masuk. Seperti biasanya sepatu menjaga pintu kamarku tidak ada, aku menduga bahwa tidak ada yang mengambil sehingga menghiraukannya. Aku membuka pintu kamarku dan semua barang yang ada di kamarku sahut menyahut menyambut kedatanganku walau mereka benda mati. Aku melihat laptopku tersenyum di meja untuk memegannya

Aku meletakan buku yang baru aku beli di rak buku dan aku hanya memilih untuk membaca filsafat kebudayaan. Aku pun terlena pada bab satu tentang hakekat kebudayan sehingga aku pun membaca halaman demi halaman sebab benakku menarilk. Sambil membaca buku tetapi sepatuku yang baru saja beri itu terus terinspirasi sehingga aku tinggalkan buku yang aku baca dan keluar melihat dan mencari sepatu yang baru empat hari aku beli dengan seharga 250.000,00.

Sabtu diJogja, gamping terlihat sepi, tak ada yang dicurigai akan mengalami dugaan. Pada akhirnya Tak ada dugaan itu muncul dengan pertanyaan dimana sepatuku, akhirnya tidak jadi kulia sial manusia pencuri. Manusia pencuri itu siapa yang tanpa meminta izin pemilik (aku) mengambil ini yang menjadi dasar. Mengapa manusia tidak melihat secara jernih Kebutuhan taman yang selalu mengantar aku ke kampus? Ataukah manusia yang tidak melihatkah bahwa aku hanya sepatu satu saja. Jika manusia pintar berlogika akan menganalisa secara jernih melihat pemilik sepatu ini sepatunya berapa? Atau jika saya mengambil sepatu itu bisa membuat pemilik sepatu ini bisa ke kampus atau tidak bisa pakai sepatu.

Syukur bagimu Tuhan manusia mengambil karena memujiku tetapi tidak meminta dan mengambilnya sehingga aku mengatakan pencuri. Pencuri itu manusia yang tidak sadar bahwa ini bukan berada di kampunku Intan Jaya tetapi mereka berada dalam kota kemerdekan Republik Indonesia. Ketidak sadaran ini menyeret dan meyesatkan manusia lain (aku) yang sepatunya satu saja.

Sesungunya kesadaran itu ada manusia tidak mungkin mengambil milik orang yang tetapi hal itu terus terjadi. Terjadi dengan peristiwa sepatu hilan, buku-buku dengan harga ratusan juta hilang saja begitu? Aku jadi bingun dan bertanya harus bagimanakan barang-barang akankan sementara aku membuka diriku untuk masuk ruangan untuk senda gurau bersama. Dari senda gurauku manusia bertangan panjang mengambilnya begitu saja tanpa meminta izin.

Sadarkan aku ya Tuhan dengan peristiwa demikian menjadi manusia yang sunguh sadar akan kepemilikan orang lain yang jangan saya ambil sebagai balasan terhadap perbuatan mereka terhadap aku. Berpikirlah sebelum bertindak, Rene Descartes mengatakan cogiito ergo sum “karena aku berpikir maka aku ada”. Perpikirlah selagi engkau bisa berpikir!; bahwa prilaku yang saya lakukan ini bisa menyesatkan atau tidak jika bisa menyesatkan tidak perlu dilakukan.

Semoga denga peristiwa dan pengalaman ini hilanngnya sepatu dan beberapa buku dengan harganya dengan ratusan sampai jutan rupih begitu saja hilang saja. Dengan peristiwa demikian aku menjadi heran. Heran karena kebolehan mereka tetapi aku yang baru saja berada di kota ini berusaha menjadikan perpustakan mini namun buku-buku hilan begitu saja satu persatu. Hilan itu juga tamuku yang mengambil tetapi dengan mengambil semoga kembalikan kepada pemilik tetapi hal itu tidak munkin terjadi ’ dasar Manusia pencuri.

jika terjadi pengakuan bahwa sepatu itu saya yang bawa, dan mengaku mengaku kepada aku berarti saya janji dengan sesunggunya!’ “ aku akan hormat yang mendalam atas pengakuanmu karena aku hanya membutukan kejujuranmu dan kejujuran itu aku akan membelikan sepatu yang modelnya sama kepadamu sebagai penghormatanku kepadamu atas kejujuranmu.” (janji aku).

Kejujuran adalah awal batu loncatan itu yang aku mau dan percaya kepadamu.
Oleh: Krismas Bagau
penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa APMD/STPMD Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar