Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2B8IAMJmX

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 27 Mei 2013

PERSETUJUHAN PEMEKARAN PROVINSI PAPUA TENGAH OLEH KABUPATEN PEMEKARAN



Pemekaran provinsi Papua Tengah, merupakan suatu wilayah astimintrasi negara. Pemekaran bertujuhan untuk mempermudah dan mengakses pembangunan dari berbagai aspek dan sector kehidupan manusia. Maka ada kerja keras dari elit politik untuk memekarkan provinsi Papua Tengah. Pemekaran itu telah di setujuhi oleh beberapa kabupaten, dan kabupaten yang mendukung adalah nota benenya kabupaten- kabupaten yang baru dimekarkan, misalnya Dogiayi, Deiyi, Intan Jaya dll. Maka kita sebagai kaum intelek mengkritisi, mengapa harus mereka yang mendukung ketimbang kabupaten yang lama.
Ada sebuah ilusterasi, sebelum penjelasan selanjutnya:
“ seorang laki-laki menika seorang gadis baru dari negri sebrang, ia mempunyai banyak tanggungjawab yang harus selesaikan setelah gadis itu masuk rumah. Yang pertama laki-laki menyelesaikan maskawi dari gadis itu, membuat rumah yang layak untuk hidup, membuat kebun,dll. Dan setelah selesai urusan sebagai kepala keluarga maka ia bisa merencanakan kegiatan yang lain”.
Cerita atau ilustrasi di atas mau mengatakan kepada kabupaten-kabupaten baru mekar yang ada membenahi duluh Rumah tangganya terlebih duluh (kabupatenya), baru memikirkan pembentukan pemekaran propinsi. Kalo belum beres maka pemekaran di tundah atau tidak usah, karena akan merusak kehidupan rumah tangganya.
Saya sebagai salah seorang kaum intelek tidak sependapat untuk pemekaran provinsi Papua Tengah karena setiap kabupaten yang ada di wilayah yang mau pemekarang masi belum maju dalam hal pembangunan fisik maupun manusia.
Secara singkat bereskan terlebih dahulu rumah tanggahnya masing-masing kabupatennya maka kemudian memikirkan rumah tanggah yang lebih besar lagi.

Migani ju dole…!!!!!
Oleh:Benyamin Magay
 Penulis adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Jayapura Papua.

Rabu, 08 Mei 2013

SURAT DISPENSASI SUDAH, SEDANG DAN TERUS TERSUSUN DI MEJA BELAJAR.



Seraya berkata dengan menyadari ketidak mampuan orangtua dengan berlatarbelakang petani, semua mahasiswa sebagai intelektual tertuju kepada nun Jahu sana dari negeri orang. Kami memandang ke dunia timur. Kami dasar bahwa demi pembentukan karakter berpikir kita kedepan untuk merubah alam dan manusia Intan Jaya dari arus perkembangan di era praneter pada dunia dewasa ini. Kami sunguh-sungguh sadar akan pentingnya pendidikan maka kami merancang ulang kembali program kerja dari sisi pendidikan. Dengan pendidikana mengarahkan kami putr-putri Intan Jaya berambisi untuk memandang jahu kedepan seraya menyadari tandangan dan tanggungjawab kami yang harus kami emban bagi anak cucu kami.

Untuk menaklukannya tidak ada pendorong sementara mata tertuju kepada dunia timur untuk datang mengangat kami dari perjuangan penderitan tetap sampai detik ini sulit terwujudkan. Kami sadar dengan kesadaran pendidikan pelajar dan mahasiswa Intan Jaya siap melakukan upaya yang intensif untuk merumuskan kembali pendidikan kami sehubungan dengan disiplin ilmu di setiap tingkat kampus yang berbeda tetapi kami ingin mau menyatukan perbedaan presepsi demi membangun Intan Jaya.

Kami sungguh menyadari bahwa kamilah tongkat estafet Intan Jaya yang akan nanti menjadi posisi pendambing program kerja Intan Jaya untuk pendidikan, kesadaran masyarakat, dan pelatihan tentang kebelanjutan (the Intan Jaya work program on education, public awareness and training for sustainability). Dengan analisa ini, betapa pentingnya pendidikan untuk itu, melalui refleksiku mengambil kesimpulan bahwa satu tujuan, satu harapan menuju intan jaya dari kota study menjadi buyar atau tidaknya tergantung dunia timur Intan Jaya mau meringankan keinginan dan harapan kami. Untuk mengimplemantasikan pendidikan akan berkarakter pemimpin sebagai pola perubahan secara fundamental dan hakiki pada orentasi radikalisme.

Kami sadar bahwa dengan pendidikan di kampus pun kami memahami dan mengerti tetapi disamping itu kami mau bahwa demi pembaruhhan membutuhkan uluran tangan pemerintah Intan Jaya. Pendidikan baru demi masa depan yang berkelanjutan memalaui pembaharuan kebijakan-kebijakan dan program-program pendidikan yang signifikan dan komfrensif demi pengembangan kami pelajar dan mmahasiswa untuk bergerak maju bukannya mudur terhadap ralitas yang terus berkembang dan maju ini sangat penting untuk di pahami dan di mengerti di masa depan pendidikan Intan Jaya.

Jadi harapan sebenarnya kapankah akan datang pemerintah Intan Jaya sementara surat dispensasi sudah, sedang dan akan terus tersusun rapi dimeja belajar.

 Oleh: Krismas Bagau penulis adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa APMD/STPMD Yogyakarta.

PEMEKARAN KABUPATEN BUKAN MENJADIKAN ORANG MENJADI TUANG ATAS KABUPATENYA SENDIRI MELAINKAN MENJADI HAMBA DI KABUPATENYA.

Pemekaran merupakan suatu tujuhan yang mulia, karena dengan Pemekaran akan menghadirkan banyak hal (persoalan) yang menguntungkan maupun merugikan. Pemekaran akan sah kalo adanya kelengkapan astimintrasi yang akurat sesuai dengan fakta yang ada di daerah pemekaran (lapangan). Maka kita memperhatikan hal-hal yang menjadi dasar untuk membentuk pemekaran kabupaten misalnya penduduk, geografis wilayah, sumber daya alama serta hal yang paling inti, adalah bagimana kita menganalisis dan melihat kedepan setelah pemekaran kabupaten tersebut.
Bagi saya dampak pemekaran akan mengandung dua dampak yang besar yaitu dampak positif dan dampak negative.
Dampak positif, dengan pemekaran lebih mempermudah dalam mengakses pembangunan imprastruktur, mempermuda transportasi, perkembangan ekonomi dan juga bagimana untuk berpolitik dalam pemerintahan.
Dampak negatif, dengan pemekaran akan menghadirkan masalah-masalah sosial semakin pesat antar induvidu, kelompok, alam dan Tuhan sendiri. Dan juga membuat rakyat menjadi mental insane dan yang lebih para lagi kalo budaya atau kulturnya dibongkar bangkir. Dan masih banyak hal lagi tetapi secara garis besar demikian.
Maka kita mengambil keputusan pemekaran seharusnya mempertimbangkan dua dampak, baik positif maupun negative. Dan juga bisa membertimbangkan penghasilan SDM yang memadai untuk kedepan dalam menduduki kabupaten pemekaran tersebut.
Saya sebagai kaum intelek membandingkan bahwa belum banyak para sarjanh dan professor untuk mencukupi sebua kabupaten yang baru serta jumlah membandingkan penduduk yang ada. Misalnya pemekaran ini terjadi dan SDM kurang maka penduduk asli dari kabupaten terebut bukan menjadi tuan atas kabupatenya melainkan hamba di kabupatenya sendiri (di tanahnya sendiri).
Dengan demikian saya sebagai salah seorang mahasiswa Migani memberi tawaran solusi kepada para senior intelektual yang power untuk memekarkan kabupaten Kugapa terlebih dahulu memperhatikan SDM ketimbang pemekaranya. Karena dengan SDM yang mutu dan banyak, bisa mendirikan kabupaten atau pasti kita akan menguasai kabupaten induk misalnya Paniai, Dogiai, Intan Jaya, Nabire dan Deyai bahkan juga menguasai provinsi Papua.
Saya usulkan kepada kaum intelek mahasiswa/pelajar yang berasal dari weandoga dan sekitarnya, agar kita musti mempertimbngkan pemekaran kabupaten baru ini, karena kita adalah ekstapet masa depan daerah. Dan kita musti jelih melihat persoalan ini secara kritis dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi setelah pemekaran ini terjadi.
Wajib dibaca dan tanggapan kritis kita, dan kita musti sampaikan kepada para

Oleh:
Benyamin Magay
 Penulis adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Jayapura Papua.